Berita Selengkapnya

Seri Webinar III (UNU Kaltim, INADIS, dan UKI): Kejahatan Lintas Batas Negara

2 years ago - 285x Dilihat

Samarinda (18/06) – Pada tanggal 16 Juni lalu, Sari Mulyani, Dosen Prodi Ilmu Hubungan Internasional – Universitas Nahdlatul Ulama Kalimantan Timur, diundang oleh The Indonesian Institute of Advanced International Studies (INADIS) dalam sebuah webinar bertajuk “Dinamika Kejahatan Lintas Batas Negara di Asia Tenggara.” Sari Mulyani membahas mengenai kerjasama trilateral Indonesia, Malaysia dan Filipina dalam menjaga keamanan di Laut Sulu, kasus perompakan kapal batubara Indonesia. Menurutnya, negara-negara di ASEAN terletak di perairan yang strategis. Sangat menguntungkan sebagai jalur transportasi dan dagang, akan tetapi di lain pihak menjadi sumber ancaman masuknya berbagai jenis kejahatan lintas batas seperti maritime piracyBeberapa poin penting lainnya dari pemaparan Sari Mulyani yakni:

 

  • Tahun 2016 terjadi perompakan kapal batubara yang dilakukan oleh kelompok Abu Sayyaf, sebuah kelompok bersenjata radikal yang berasal dari Filipina. Selain merampok kapal batubara, kelompok Abu Sayyaf juga menyandera 10 ABK.
  • Kasus perompakan kapal batubara ini sempat membuat produsen batubara, terutama di Kalimantan menghentikan ekspor batubara mereka ke wilayah utara Indonesia.
  • Merespon hal tersebut, Indonesia mendesak Filipina untuk dapat bersikap tegas dengan kelompok Abu Sayyaf.
  • Mei 2016, ada kesepakatan antara Indonesia, Malaysia dan Filipian tertuang dalam Trilateral Co-operative Arrangement (TCA) yang secara umum berisi mengenai empat hal, yaitu memperkuat komunikasi The Maritime Command Centre (MCC), latihan militer ketiga negara di kawasan Sulu, peningkatan kegiatan intelejen dan juga komitmen bersama.
  • ASEAN sebagai organisasi kawasan di Asia Tenggara juga mengambil bagian dalam pencegahan dan penanggulangan perompakan kapal.
  • Negara-negara ASEAN dalam menanggulangi kejahatan lintas batas mengalami tantangan, seperti peningkatan komitmen untuk menjaga keamanan di wilayah tersebut. Komitmen ini bisa diwujudkan salah satunya dengan membangun perspektif yang sama mengenai ancaman. Komunikasi harus terus dibangun agar dapat mewujudkan kestabilan keamanan di Asia Tenggara.

 

Selain Sari Mulyani yang hadir pada webinar tersebut, ada juga Farhan Julianto dari INADIS yang membahas mengenai Ancaman kelompok paramiliter di Laut Cina Selatan. Adanya kekuatan Cina di Laut Cina Selatan sudah memberikan rasa khawatir negara-negara di ASEAN. Farhan memberikan masukan agar ASEAN lebih berkomitmen terkait dengan kasus Laut Cina Selatan. Mereka harus menyamakan persepsi mengenai ancaman tersebut sehingga seluruh negara anggota bisa mengambil langkah yang lebih tegas mengingat.

Sebagai tambahan, Angel Damayanti dari Prodi Ilmu Hubungan Internasional – Universitas Kristen Indonesia (UKI), memaparkan mengenai Islamofobia sebagai ancaman terhadap keamanan di Asia Tenggara. Di sini, dijelaskan oleh Angel bahwa munculnya Islamofobia saat ini di berbagai kawasan didorong oleh faktor yang berbeda-beda. Misalnya di Amerika Serikat dan Eropa, Islamofobia berkembang saat kejadian 9/11, sementara di India, Islamofobia sebenarnya sudah berlangsung sangat lama dan berkembang dengan budaya yang ada di India.

Tumbuh dan berkembangnya Islamofobia semakin mengkhawatirkan karena diiringi dengan tindak kekerasan seperti yang terjadi pada warga Rohingya dan  penduduk Muslim di India. Menurutnya, ASEAN sebagai organisasi kawasan diharapkan dapat untuk dapat fokus terhadap pencegahan dan meminimalisir korban kekerasan yang disebabkan oleh Islamofobia.

Address

Find Us

Gedung I, Kampus Universitas Nahdlatul Ulama Kalimantan Timur