Balikpapan (22/5/2022) – Indonesia telah ditunjuk menjadi tuan rumah penyelenggaraan Konferensi Tingkat Tinggi G20. Pemerintah Indonesia telah menetapkan bahwa KTT G-20 akan dilaksanakan pada bulan November 2022 di Bali. Sebagai tuan rumah, Indonesia ingin memastikan bahwa acara dapat berjalan dengan lancar ditengah turbulensi politik dan ekonomi internasional seperti perang Rusia-Ukraina, Inflasi, serta Proteksionisme. Hal tersebut menambah pekerjaan rumah bagi dunia yang hingga kini belum sembuh total dari penyebaran covid-19. Selain memastikan kelancaran acara, Indonesia juga ingin memastikan inklusifitas G-20. Untuk tujuan tersebut, Indonesia mendukung penyelenggaraan pra KTT G-20 seperti W20 )Women of Twenty ) dan Y20 (Youth of Twenty). Indonesia ingin memastikan eksistensi suara dari para pemuda Indonesia dan juga pemuda dari negara G20. Atas dasar tersebut, Indonesia menunjuk dan mendukung Indonesian Youth Diplomacy untuk menyelenggarakan Y20 sebagai forum pra KTT G20 di Bali mendatang.
Pelaksanaan Y20 dilakukan di beberapa lokasi yaitu Palembang (19-20 Maret 2022), Nusa Tenggara Barat (23-24 April 2022), Balikpapan (21-22 Mei 2022), dan Manokwari (18-19 Juni 2022). Seluruh rekomendasi dari Y20 pre-summit ini akan dilebur dalam Y20 Summit di Jakarta dan Bandung (17-24 Juli 2022). Joint Communique dari Y20 Summit ini akan diberikan kepada para pemimpin negara yang akan hadir di G-20 di Bali mendatang.
pada Y20 pre summit di Balikpapan (21-22 Mei 2022), Khairil Ramadhani S.Hum., M.A yang merupakan dosen Hubungan Internasional Universitas Nahdlatul Ulama Kalimantan Timur ikut serta dalam Y20 tersebut. Khairil Ramadhani menyuarakan mengenai pentingnya memahami ekonomi dan lingkungan secara holistik. Ia juga mengajak untuk melihat secara lebih jujur dan adil terhadap industri-industri ekstraksi, khususnya industri pertambangan dan kelapa sawit di Kalimantan Timur. Ia berpendapat bahwa seringkali perusahaan tambang ataupun perusahaan kelapa sawit dihujat atas tindakan deforestasi, namun tidak melihat dampak ekonomi yang diberikan kepada masyarakat. Perusahaan-perusahaan tersebut membuka lapangan pekerjaan dan berkontribusi terhadap kesejahteraan masyarakat setempat. Eksistensi perusahaan tersebut juga menggerakkan roda perekonomian masyarakat lokal dan memicu pembangunan daerah-daerah setempat. Menghujat perusahaan-perusahaan tersebut tanpa memahami kontribusi yang diberikan perusahaan tersebut adalah kecacatan dalam memberikan penilaian.
Tergabung dalam kelompok circular economy, Khairil dan working groupnya menciba mengidentifikasi penyebab atas tidak bertumbuhnya circular economy di Indonesia. Setidaknya terdapat tiga hal yang berhasil diidentifikasi. Pertama,Indonesia merupakan negara berkembang. Menjadi negara berkembang berarti memilki banyak pekerjaan yang harus diprioritaskan untuk dilakukan. Sebagai negara besar, Indonesia sedang fokus terhadap pembangunan-pembanguna infrastruktur beserta pendukung-pendukungnya. Hal ini berarti, Indonesia membutuhkan dana lain untuk berfokus kepada hal-hal yang bersifat sustainability. Kedua, pengembangan circular economy yang berkaitan dengan sustainability membutuhkan investasi yang tidak kecil dan waktu yang tidak sebentar. Menuju kepada circular economy dapat menganggu kesehatan cash-flow perusahaan. Produk-produk yang sustainable paun cenderung lebih mahal dikarenakan terdapat investasi yang besar dalam inovasi produk. Terlebih lagi, masyarakat cenderung tidak membeli berdasarkan pertimbangan sustainability ataupun tidak melainkan pertimbangan mahal-murah. Dengan demikian, besar kemungkinan produk-produk yang dihasilkan berdasrakan pada prinsip-prinsip sustainable akan gagal di pasar. Ketiga, kuranganya kesadaran mengenai pentingnya sustainability. Sadar bahwa sebagian besar manusia melakukan sesuatu digerakkan oleh kepentingan jangka pendek dan emosi, Khairil dan working groupnya bahwa peningkatan kasadaran (awareness) adalah hal yang sulit. Untuk memberikan pengetahuan tentang pentingnya sustainability sangatlah mudah. Namun membangun kesadaran yang akan membentuk tindakan tentang pentingnya sustanability adalah hal yang sangat tidak mudah. Mengetahui dan memiliki kesadaran yang membentuk tindakan adalah dua hal yang berbeda.
Tergabung dalam group 11, Khairil bersama working groupnya menawarkan beberapa solusi terhadap masalah yang telah diidentifikasi yaitu (1) perlunya peningkatan investasi dari pihak ketiga, (2) perlunya pembentukan suatu kebijakan yang adil serta holistik untuk mendukung dan mendorong perusahaan beralih ke aktivitas-aktivitas yang lebih sustainable, (3) perlunya pendidikan yang mengakomodir nilai-nilai sustainability sehingga kesadaran masyarakat dapat terbentuk, (4) untuk merealisasikan solusi-solusi diatas, kolaborasi adalah hal yang sangat esensial.
Y20 pre summit Balikpapan telah menelurkan gagasan-gagasan segar dari beragam perspektif. Summit ini dihadiri pula oleh Menteri Kehutanan Siti Nurbaya Bakar, Perwakilan Menteri Pemuda dan Olahraga, Gubernur Kalimantan Timur Israan Noor, Walikota Balikpapan Rizal Efendi dan dinas pemerintahan Kalimantan Timur dan Balikpapan.